Kalimat pembuka dalam catatan saya kali ini dikutip dari Robert Reich. Robert Bernard Reich adalah seorang penasihat ekonomi, profesor, penulis, dan komentator politik Amerika. Ia bertugas dalam administrasi Presiden Gerald Ford dan Jimmy Carter, serta menjabat sebagai Sekretaris Perburuhan Amerika Serikat dari 1993 hingga 1997 di bawah Bill Clinton. Dia adalah anggota dewan penasehat transisi ekonomi Presiden Barack Obama.
“Harta paling berharga yang Anda punya bukanlah asset financial. Harta anda yang paling berharga adalah orang-orang yang bekerja untuk Anda, dan apa yang mereka bawa-bawa di kepala, dan kemampuan mereka bekerja sama”. Kata Robert Reich. Saya sepakat dengan kalimat tersebut. Bahwa aset terbaik SMKN 1 Tuntang adalah guru dan karyawan yang bekerjasama di organisasi sekolah. Membangun sekolah yang nyaris tutup ini memerlukan sumber daya manusia yang bekerja dengan hati dan pikiran.
Sebelum membahas lebih jauh, saya senang membaca kisah CEO yang sukses. Salah satunya adalah Jack Welch. John Francis Welch Junior adalah nama lengkap Jack Welch, lahir pada 19 Nopember 1935 di Peabody, Massachusetts. Memperoleh gelar Ph.D bidang teknik kimia dari University of Illinois. Ambisinya saat meninggalkan kampus adalah “Aku ingin menghasilkan 30.000 dolar ketika berumur 30 Tahun.
1960 Welch bekerja di General Electric. Tahun 1968 pada usia 33 tahun menjadi General Manager termuda di General Electrick, dan pada tahun 1980 diusia 45 tahun dia diangkat sebagai CEO dan chairman termuda di perusahaan tersebut. Secara revolusioner Jack Welch mengangkat Geneal Electric dari keterpurukan, membuatnya bangkit dan kembali besar.
Langkah-langkah dan strategi dramatis dan revolusionernya membuat ia dijuluki Bos paling keras di Amerika oleh Majalah Fortune. Program-program perubahannya yang luar biasa telah menjadi benchmark bagi bisnis modern abad ke-21.Visi bisnis serta gaya kepemimpinannya yang khas telah membuat Jack Welch menjadi CEO yang sangat unik. Gayanya dalam memimpin General Electric belum pernah ditemukan sebelumnya di dunia bisnis.
Cara pertama Welch berinvestasi di dalam diri para karyawan adalah menghabiskan waktu bersama mereka. Berkomunikasi secara konstan dengan semua orang, memberdayakan orang lain untuk memenuhi potensi mereka melalui komunikasi.
Langkah Welch selain menghabiskan waktu bersama para karyawan adalah mengembangkan mereka. Sejak awal Welch berjanji, saya menginginkan satu revolusi, dan saya ingin revolusi dimulai dari Crontonville. Crontonville adalah Institut Pengembangan Manajemen legendaris milik General Electric yang didirikan tahun 1956. Sekarang model Crontonville menjadi fashionable, diikuti perusahaan-perusahaan lain, menjadi tren kearah perkembangan manajemen do-it-yourself.
Salah satu ciri bekerja cerdas ala Jack Welch setiap hari adalah hari yang berbeda. Setiap hari adalah tantangan. Dikatakan kalau anda tidak punya ide lain sebaiknya Anda berhenti bekerja. Ciri ini kemudian saya adaptasi dalam mengelola sekolah. Tantangan kami dalam mengelola SDM adalah bagaimana meningkatkan kinerja guru dan karyawan. Salah satunya adalah supervisi.
Supervisi adalah kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan mutu dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Supervisi ditujukan pada dua aspek yakni manajerial dan akademik.
Setelah SIM Supervisi Akademik sudah berhasil Kami buat untuk mengawal guru-guru dalam pembelajaran selama pandemi, kali ini sasarannya adalah supervisi manajerial. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
Sistem Informasi Manajemen yang Kami kembangkan adalah SIM Kinerja. Lewat SIM Kinerja ini Kepala Sekolah bisa memantau aktifitas guru selama di sekolah dari jam 07.00 s.d. 15.30 WIB lengkap dengan dokumentasi pekerjaan yang dilakukan.
Lewat SIM Kinerja ini upaya saya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam bekerja. Sepakat dengan Welch, pemimpin yang efektif mengakui, ujian tertinggi bagi kepemimpinan adalah sukses berkelanjutan yang menuntut terus kaderisasi pemimpin masa depan. Karena itu, pemimpin harus berinvestasi dalam pengembangan para pemimpin masa depan dan harus mampu berkomunikasi langsung dengan orang-orang yang akan mengikuti jejak langkah mereka. Pemimpin yang baik akan menciptakan pemimpin baru dan bukan pengikut.