Akhirnya bulan Ramadhan datang kembali. Bulan yang umat Islam rindukan ini terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Imbas pandemi Covid-19 memang luar biasa meluluhlantakan tradisi yang berlangsung berabad-abad. Masjid yang biasanya penuh melebihi hari biasa terlihat sepi. Sholat tarawih dilaksanakan di rumah bersama keluarga. Walau imbauan pemerintah dan alim ulama tidak sepenuhnya dipatuhi, tapi biarlah masing-masing punya pendapat dan masing-masing tahu konsekuensinya. Kalau saya tetap patuh dengan pemerintah, semua aktifitas ibadah dilakukan di rumah.
Covid-19 pula yang bikin lockdown makin lama. Beberapa orang sudah mulai tidak sabar. Amerika sebagai negara super power mulai muncul kisruh. Karantina yang dilakukan oleh pemerintah federal ditentang warganya. Demo besar-besaran terjadi meminta aturan pembatasan di rumah dicabut. Lucunya, demo ini mendapat dukungan dari Paman Trump, sang presiden. Jadilah perang kata-kata antara bawahan dengan atasan. Pandemi yang berkepanjangan ini memang memunculkan hal-hal yang diluar dugaan. Kadang malah diluar nalar.
Covid-19 pula bikin siswa kelas XII lulus tanpa Ujian. Prosesi akhir sekolah juga dalam kesedihan. Acara wisuda yang ditunggu-tunggu harus lewat begitu saja. Kumpul dengan teman-teman sekolah didetik-detik akhir kebersamaan sekolah tidak bisa dilaksanakan. Bagi kita sebagai pendidik dan pegawai, work from home makin lama. Bisa jadi akhir tahun pelajaran 2019/2020 masih harus bekerja dari rumah. Wah luar biasa bukan Si Covid ini, bikin kita harus stay di rumah berbulan-bulan. Yang terjadi apa? Kejenuhan, kebosanan dan senewan (yang ini mudah-mudahan tidak).
Bagaimana cara saya menghilangkan kejenuhan dengan kondisi saat pandemi ini? Kuncinya adalah aktifitas tidak berubah. Kesibukan tetap terjadi. Apa saja kesibukan itu? Ternyata saya menjalani banyak aktifitas juga. Yang pertama adalah aktifitas kerja mengawal sekolah. Ini tentu yang utama. Yang lain apa? Bikin acara Belajar Bareng SMKN 1 Tuntang. Acara yang kami gagas ini ternyata mendapat apresiasi yang luar biasa dari guru-guru. Video Confrence sebagai sarana belajar diminati oleh banyak guru. Di samping itu saya juga masih membantu teman-teman guru mengawal artikel yang akan terbit di koran. Kegiatan ini juga menyita waktu dan pikiran juga. Tapi alhamdulillah tetap lancar dan terbit di koran.
Kembali ke tupoksi saya selaku kepala sekolah, disela-sela aktifitas sekunder, aktifitas utama harus tetap jalan yaitu mengelola SMKN 1 Tuntang. Sekolah yang saya gawangi sejak tahun 2018 ini menjadi pengalaman saya pertama menjadi nakoda. SMKN Satu Atap Tuntang Kabupaten Semarang masuk dalam kategori sekolah kecil dengan keterbatasan sarana dan prasarana serta pendanaan. Dari sisi sarana dan prasarana, sekolah ini masih memerlukan pemenuhan yang banyak, demikian juga dari sisi pendanaan. Karena jumlah siswa yang masih sedikit maka pendapat sekolah dari dana BOS dan BOP juga kecil. Sehingga terjadi kontradiksi antara besarnya pengeluaran untuk membangun sekolah dengan pendanaan yang terbatas. Untuk itu diperlukan perencanaan sekolah yang efektif dan efisien.
Dalam bidang apa pun, perencanaan merupakan unsur penting dan strategis yang memberikan arah dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dikehendaki. Dalam bidang pendidikan, perencanaan merupakan salah satu faktor kunci efektivitas keterlaksanaan kegiatan–kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bagi setiap jenjang dan jenis pendidikan pada tingkat nasional maupun lokal (Syaefudin, dkk. 2009).
Mengutip pendapat Syaefudin di atas, ada faktor kunci yaitu efektifivitas atau kalau menurut saya sekolah efektif. Miftahul Ulum (2014:4) mendefinisikan efektivitas sebagai taraf tercapainya hasil. Pemahaman ini sering juga dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun keduanya memiliki perbedaan. Dimana efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil dengan membandingkan antara input dan outputnya.
Kebijakan tentunya memiliki unsur kesengajaan, berupa perencanaan, pengelolaan dan evaluasi terhadap program atau kegiatan itu sendiri untuk diteruskan atau dihentikan. Hal ini sejalan dengan pemahaman Carl Friedrich dalam (Wahab, 2004:3) bahwa kebijakan efektif itu bila suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan tidak adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Sementara itu Mahmudi (2005) dalam Adhayani dan Kusumah (2015:38) menjelaskan bahwa efektivitas adalah hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Masih terkait dengan pencapaian tujuan, Robbins (1990;49) mendefinisikan efektivitas sebagai suatu tingkat dimana suatu organisasi atau institusi dapat merealisasikan tujuannya.
Kondisi SMKN 1 Tuntang adalah sekolah rintisan dengan sumber dana operasional hanya berasal dari BOP dan BOS. Untuk itu efektivitas sekolah harus selaras dengan efektivitas pembiayaan. Mardiasmo (2002:105) mencermati efektivitas sebagai bentuk penggunaan anggaran yang harus mencapai target-target atau tujuan kepentingan publik, kata anggaran di sini merupakan sumber dari dana masyarakat (public money) yang dimana diharapkan menghasilkan output yang maksimal atau berdaya guna.
Efektivitas pembiayaan tentu memberikan efek semangat kerja dan motivasi, ketercapaian tujuan yang dibiayai, ketepatan waktu, serta ketepatan pendayagunaan biaya, dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan yang diberikan biaya. Analisis keefektifan biaya memungkinkan pembuat kebijakan dapat secara sistematis mempertimbangkan dampak dari biaya terhadap alternatif-alternatif yang berbeda dalam hal membuat keputusan yang layak, untuk memperkirakan beberapa kemungkinan hasil yang diharapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya (cost ) pendidikan yang dikeluarkan diharapkan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam kurun waktu tiga tahun berjalan, dengan sumber dana terbatas, kami efektif dalam penggunaan dana. Rapor mutu SMKN 1 Tuntang sejak tahun 2018 masih memiliki pekerjaan rumah yang paling besar di standar sarana dan prasarana. Ruang kelas yang kurang, ruang praktik siswa yang belum ada, peralatan praktik yang nyaris tidak ada, kondisi bangunan sekolah yang perlu rehabilitasi, dan kondisi lingkungan sekolah yang membutuhkan solusi menjadi poin penting dalam perencanaan. Rapor mutu sekolah dibreakdown menjadi Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) selama empat tahun. RKJM menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan bermuara pada program kerja yang terangkum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).
Berbekal visi “Mengabdi sebagai kepala sekolah yang profesional sebagai ladang profesi yang berkualitas”, saya menganggap kepala sekolah itu sebagai pelayan warga sekolah. Karena sebagai pelayan, maka kepala sekolah tidak akan berbuat seenaknya sendiri, tentunya segala sesuatu berorientasi akan kebutuhan warga sekolah. Pengembangan sekolah menjadi prioritas utama. Alhamdulillah sarana dan prasarana sekolah semakin bisa melayani warga sekolah dengan baik.
Bumi Pucanggading, 24 April 2020
4 komentar
Suryani, Jumat, 24 Apr 2020
Subhanallah, hebat luar biasa, sebuah catatan yang menginspirasi.
Sri handayati, Jumat, 24 Apr 2020
Sangat menginspirasi pak mks ya. Saya akan buat referensi pak utk sekolah saya pak kebetulan saya sebagai ketua TPMPS dan koordinator adowiyata
Indria, Jumat, 24 Apr 2020
Zangat menginspirasi
Swantriyoso, Jumat, 24 Apr 2020
Luar biasa makasih banyak inspirasi dari Pak Ardhan, sekaligus ini merupakan motivasi dalam kami kiprah di dunia pendidikan
Dan sewaktu-waktu kami butuh motivasi-motivasi seperti ini didepan para guru-guru