Dalam sebuat artikel berjudul How much do our wardrobe cost to the environtment (World Bank, 2019) menyebutkan bahwa 20% pencemaran air dalam industri disebabkan oleh pewarnaan tekstil. Hal tersebut menjadikan industri busana sebagai polutan terbesar kedua bagi air bersih dan menjadi salah satu industri yang menghasilkan banyak limbah. Lebih dari 50% fast-fashion hanya digunakan tidak lebih dari 12 bulan (McKinsey & Company). Selain itu, Ellen Macarthur Foundation (2017) dalam artikelnya A New Textiles Economy: Redesigning Fashion’s Future menyebutkan bahwa setelah digunakan, kurang dari 1% bahan yang digunakan untuk memproduksi busana didaur ulang menjadi busana atau produk baru.
Pada saat ini industri fashion sedang menggalakan tagline “Sustainable fashion” di mana diharapkan pada setiap proses pembuatan busana dari proses awal sampai sampai di tangan konsumen selalu memperhatikan kelestarian lingkungan atau ramah lingkungan. Tidak hanya itu, bahkan produk yang telah sampai di tangan konsumen diharapkan dapat terus digunakan, dirawat dan didaur ulang agar memiliki umur yang panjang dengan tujuan untuk mengurangi limbah busana.
Reconstruction merupakan suatu proses pembuatan busana baru dari bahan garmen atau busana yang sebelumnya telah dipakai atau bahkan produk kain yang telah dibuat sebelumnya. Reconstruction merupakan bagian dari up-cycle di mana dengan kreatifitas mengubah bahan yang ada menjadi produk dengan kualitas lebih baik lagi.
Dalam penerapannya reconstruction dapat menggunakan busana, lenan atau bahan tekstil lainnya yang sudah tidak dipakai. Sebagai contoh, Anda dapat membuat busana dengan model yang baru menggunakan beberapa busana yang sudah tidak muat dipakai, busana yang sudah tidak digunakan karena modelnya sudah tidak in ataupun busana yang terdapat kerusakan. Anda juga dapat membuat busana baru menggunakan lenan rumah tangga yang sudah tidak dipakai seperti bedcover, selimur, gorden, dan sebagainya. Dengan menerapkan teknik reconstruction, kita sudah ikut berpartisipasi dan membantu melestarikan lingkungan.
Penulis : Anggita Fortuna Dewi, S.Pd.
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd.