Awal diterima sebagai CPNS, saya langsung diberi kesempatan masuk dalam Tim Pengembang Sekolah. Saya tidak tahu kepala sekolah dengan pertimbangan apa memasukkan saya dalam TPS. Boleh jadi karena saya aktifis kampus dan mantan ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan dulu.
Dari penelitian yang saya baca, salah satunya dari Harvard University Amerika Serikat mengatakan bahwa “kesuksesan seseorang itu hanya ditentukan sekitar 20 % hard skill dan 80% oleh soft skill”. Sementara Putra dan Pratiwi (2005) menjelaskan bahwa menurut survei dari 457 pengusaha yang dilakukan oleh National Association of Colleges (NACE) tahun 2002 di Amerika Serikat, diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Prestasi (IP) hanya no 17 dari 20 kualitas penting dari seorang lulusan universitas, sedangkan untuk kualitas yang dianggap lebih penting cenderung bersifat tidak terlihat wujudnya (intangible) yaitu disebut sebagai soft skill.
Dari dua penelitian di atas menunjukkan bahwa kemampuan memahami materi kuliah ditunjukkan dengan nilai IP tinggi tidak menjadi kecakapan lulusan Perguruan Tinggi dalam bekerja. Justru softskill yang tidak dipelajari dalam mata kuliah mendominasi keberhasilan ditempat kerja. Forum Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia di tahun 2007 mempublikasikan hasil penelitiannya yang berbunyi mahasiswa yang kuliah dan aktif di organisasi malah bisa mengatur waktunya dengan baik. Setiap waktunya bermanfaat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Bila dibandingkan dengan orang yang tidak terjun dalam sebuah organisasi waktunya hanya untuk kuliah.
Mengawali kerja sebagai kepala sekolah memerlukan proses belajar yang luar biasa. Banyak hal yang harus saya pelajari, salah satunya adalah perencanaan. Apa itu perencanaan? Menurut Nawawi, perencanaan adalah proses pemilihan dan penetapan tujuan, sasaran, strategi, prosedur, metode dan standar keberhasilan suatu kegiatan (Nawawi). Sementara Siagian mengartikan Perencanaan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan tujuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Esensi perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen adalah pengambilan keputusan dengan memilah dan memilih alternatif kegiatan yang akan dilakukan di masa depan melalui kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
Terkait dengan tugas pokok dan fungsi kepala sekolah, perencanaan yang dibuat adalah perencanaan pendidikan. Coombs menjelaskan perencanaan pendidikan adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan. Sedangkan Beeby, C.E menyebutkan perencanaan pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal menentukan kebijakan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional.
Jadi kalau boleh diperluas, perencanaan pendidikan meliputi yang pertama suatu rumusan rancangan kegiatan yang ditetapkan berdasarkan visi, misi dan tujuan pendidikan. Yang kedua memuat langkah atau prosedur dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang ketiga merupakan alat kontrol pengendalian perilaku warga satuan pendidikan (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite sekolah). Memuat rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan pendidikan kepada peserta didik sebagai yang keempat dan kelima menyangkut masa depan proses pengembangan dan pembangunan pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas.
Kenapa kepala sekolah selaku manajer harus membuat perencanaan pendidikan yang baik? Hal ini dikarenakan perencanaan pendidikan sebagai standar pengawasan pola perilaku pelaksana pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dengan program atau perencanaan yang telah disusun. Di samping itu untuk mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses kegiatan layanan pendidikan. Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan program/kegiatan, baik aspek kualitas maupun kuantitasnya. Bagaimana mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis, dan meminimalkan terjadinya beragam kegiatan yang tidak produktif dan tidak efisien.
Hal yang penting lain perlunya membuat perencanaan pendidikan adalah untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus (spesifik) tentang jenis kegiatan yang harus dilakukan, memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan sebagai ‘suatu sistem’, mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan, dan mengarahkan proses pencapaian tujuan Pendidikan.
Menutup catatan kali ini, saya mengutip kalimat dari Peter Drucker, seorang penulis, konsultan manajemen, dan “ekolog sosial.” Drucker selalu percaya bahwa apapun yang terukur dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Bagaimana membuat perencanaan yang terukur dalam membangun sekolah? Mari kita diskusi dengan mengirim pesan ke nomer WA 081390220602.
Tuntang, 09 Maret 2020