Masuknya virus Corona ke Indonesia telah mengubah proses pembelajaran sekolah di hampir sebagian besar wilayah Indonesia menjadi Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Akibatnya, metode belajar yang semula mengandalkan ceramah dan interaksi fisik berubah drastis menjadi daring. Pembelajaran daring secara serentak mulai teraplikasikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan dari mulai Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi, sejak pertengahan atau akhir bulan Maret 2020. Pada penerapannya, PJJ tersebut ternyata masih terus diperpanjang sampai waktu yang belum dapat ditentukan secara pasti.
ICT adalah sistem pembelajaran berbasis multimedia (teknologi yang melibatkan teks, gambar, suara, dan video) mampu membuat penyajian suatu topik bahasan menjadi menarik, tidak monoton dan mudah untuk dicerna. Peran yang sangat penting dan strategis ini sebagai pusat belajar, pusat budaya, dan pusat peradaban menuntut lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat mengembangkan aktivitas pembelajaran yang jelas dan daya jangkau yang luas. Namun tetap diingat bahwa ICT hanyalah sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.
Menurut UNESCO (2011), ada lima manfaat yang dapat diraih melalui penerapan ICT dalam sistem pendidikan, yaitu: 1) mempermudah dan memperluas akses terhadap pendidikan, 2) meningkatkan kesetaraan pendidikan, 3) meningkatkan mutu pembelajaran, 4) meningkatkan profesionalisme guru dan 5) meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen, tata kelola, dan administrasi pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong pendayagunaan ICT di bidang pendidikan yang mencakup peran ICT sebagai substansi pendidikan, alat bantu pembelajaran, fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi pendidikan, alat bantu manajemen satuan pendidikan, dan infrastruktur pendidikan. Berkaitan dengan hal di atas, fenomena pemanfaatan ICT dalam pembelajaran di lembaga pendidikan semakin bergaung, bahkan dalam kurikulum 2013 ICT memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pada kurikulum 2013 dijelaskan bahwa pembelajaran menerapkan prinsip siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas. Oleh karena itu, pemanfaatan ICT diperlukan dalam rangka efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Hal ini mendorong peserta didik untuk melakukan analisis dan sintesis pengetahuan, menggali, mengolah dan memanfaatkan informasi, menghasilkan tulisan, informasi, dan pengetahuan sendiri. Agar peserta didik terbantu mengembangkan dan menyusun pengetahuan sendiri, tanpa langsung bimbingan guru, maka situasi belajar yang disediakan baginya haruslah konstruktivistik (Prawiradilaga, 2014).
Peranan media digital dapat dimaksimalkan pemberdayaannya melalui desain pembelajaran, teori belajar, dan desain pesan sehingga dapat menghasilkan pengalaman belajar yang baik bagi peserta didik. Namun pada kenyataannya, penerapan ICT dalam bidang pendidikan di Indonesia masih dalam tahap awal serta masih belum termanfaatkan secara maksimal dan merata. Kendala tersebut disebabkan antara lain belum meratanya infrastruktur yang mendukung penerapan ICT di bidang pendidikan dan ketidaksiapan sumber daya manusia untuk memanfaatkan ICT. Datangnya pandemi covid 19 ini memaksa guru merubah cara pembelajaran dari tatap muka beralih ke daring.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa banyak pelajar yang menggunakan laptop dan smartphone dalam pembelajaran. Kemampuan laptop dan telepon pintar untuk mengakses internet memungkinkan pelajar untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam bentuk konferensi video maupun yang dilaksanakan dalam kelas-kelas online menggunakan layanan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang tersedia secara online (Kay & Lauricella dalam Firman & Sari, 2020:83).
Proses pembelajaran daring selama ini banyak dilakukan dalam bentuk pemberian tugas melalui whatsapp, video conference, google form, ataupun melalui aplikasi khusus yang tersedia. Namun pengelolaan pembelajaran daring di SMKN 1 Tuntang tidak hanya pemberian tugas tetapi pembelajaran jarak jauh terintegrasi dalam bentuk penanaman karakter dan pembelajaran kognitif. Melalui penjadwalan yang rapi, sejak jam 08.00 anak-anak diarahkan untuk Sholat Dhuha, tadarus Alquran bagi yang muslim dan membaca kitab suci Amsal bagi non muslim. Selanjutnya siswa diminta berolahraga atau berjemur untuk meningkatkan ketahanan tubuh. Sesi pembelajaran karakter ini ditutup dengan pekerjaan membantu orang tua. Pengawalan pembelajaran karakter ini dilakukan oleh guru BK.
Sesi kedua adalah pembelajaran kognitif. Penyajiannya dilakukan terstandar oleh sekolah meliputi presensi, pretes, materi, post tes dan pemberian tugas. Guru mata pelajaran akan mendampingi siswa selama pembelajaran berlangsung. Dengan cara ini anak-anak dan orang tua dibuat nyaman dalam belajar.
Tuntang, 04 September 2020
Nunung Fika Amalia, Guru Kimia SMKN 1 Tuntang