Tidak terasa tahun 2020 adalah tahun ketiga saya bertugas di SMKN 1 Tuntang. Penuh perjuangan yang luar biasa menghadapi kesulitan dan tantangan yang ada. Pada era disrupsi sekarang ini perubahan terjadi dimana-mana, kapan saja tidak memandang jenis benda dan usia. Pada faktanya, perubahan juga tidak dapat dihentikan oleh siapa pun, sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan pasti terjadi dan akan selalu terjadi. Jeff Davidson, menyatakan bahwa perubahan merupakan kejadian alam yang atau perilaku orang yang berbeda dari sebelumnya. Demikian juga dengan sekolah ini, perlu kesiapan menghadapi perubahan baik itu dari internal maupun eksternal.
Sebagai seorang kepala sekolah, tiga tupoksi yang harus dijalankan adalah Manajerial, Supervisi dan Kewirausahaan. Pada tupoksi manajerial kepala sekolah bertindak sebagai manajer. Manajer punya tugas mengelola manajemen. Apa itu manajemen?Robin dan Coulter menyatakan bahwa manajemen adalah proses koordinasi dan integrasi kegiatan-kegiatan kerja agar terselesaikan secara efektif dan efesien melalui orang lain. Kegiatan yang dikoordinasikan dan diintegrasikan itu mulai dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpianan, sampai pada control atau pengendalian.
Apa pun jenis tujuan yang hendak dicapai, setiap perubahan harus disiapkan dengan baik mengikuti langkah-langkah tertentu.Secara sederhana, tahapan (langkah-langkah) yang harus ditempuh dalam mengadakan perubahan sekolah adalah yang pertama menyadarkan seluruh warga sekolah bahwa perubahan tertentu perlu dilakukan (unfreezing). Yang kedua melaksanakan perubahan/menerapkan sesuatu yang baru (changing). Sementara menstabilkan situasi setelah perubahan dilaksanakan (refreezing) sebagai langkah lanjutannya.
Tahap pertama ialah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya perubahan. Tahapan ini berkenaan dengan faktor manusianya, dalam hal ini seluruh warga sekolah. Manusia memegang posisi kunci dalam proses perubahan. Mereka dapat merupakan kunci keberhasilan tetapi sebaliknya dapat juga merupakan faktor penyebab gagalnya perubahan yang dilakukan. Oleh karena itu faktor manusianya harus terlebih dahulu disiapkan dengan baik sebelum perubahan dilaksanakan.
Setelah anggota menyadari arti pentingnya perubahan yang hendak dilakukan, barulah perubahan yang sesungguhnya dilaksanakan. Konsekuensi dari perubahan tersebut bisa sangat beragam, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Saat-saat perubahan berlangsung, sekolah berada dalam kondisi kritis dan sering terjadi chaos karena aturan yang lama sudah ditinggalkan/tidak berlaku lagi tetapi aturan yang baru belum berjalan dengan sempurna. Kondisi seperti itu wajar karena memang sedang dalam masa transisi. Penerapan sesuatu yang baru dapat saja diikuti dengan perubahan sikap dan tingkah laku warga sekolah.
Tahapan berikutnya ialah mengembalikan sekolah kepada situasi yang normal kembali. Setelah perubahan dilaksanakan, berbagai aturan baru diberlakukan secara penuh, demikian juga para anggota diharapkan bersikap dan bertingkah laku sesuai kondisi organisasi yang baru. Jika pada tahapan pertama kondisi yang sudah stabil sengaja ’dibuka’ sehingga siap menerima perubahan, maka pada tahapan yang terakhir ini kondisi yang berubah tadi ’ditutup’, agar stabil kembali.
Apa yang harus disiapkan sekolah untuk mengelola perubahan Secara lebih rinci, Wallace dan Szilagyi mengemukakan bahwa proses perubahan organisasi yang direncanakan (planned change) mencakup enam tahapan, yaitu pertama dirasakannya kebutuhan untuk melakukan perubahan, kedua pengenalan bidang permasalahan dan ketiga identifikasi hambatan. Untuk tiga langkah lanjutannya adalah pemilihan strategi perubahan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tahun 2020 adalah tahapan ketiga dalam Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) sekolah. SMKN 1 Tuntang siap bergerak dari Sekolah Kategori Mandiri (SKM) menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Dua Rencana Kerja Tahunan (RKT) Sekolah untuk mengawal perubahan dari SKM menuju SSN, dan dua RKT pula yang akan mengawal perubahan sekolah dari SSN ke Sekolah Unggul. Semoga terwujud, Amiin.