Paradigma masyarakat luas tentang tidak adanya manfaat barang bekas atau sampah perlu dirubah. Nyatanya, sampah juga dapat memiliki nilai ekonomis yang bisa dimanfaatkan. Untuk itu perlu adanya motivasi kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan salah satunya dengan mengurangi produksi sampah, dengan cara recycle atau mendaur ulang menjadi sesuatu yang bermanfaat. Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan limbah kain perca untuk dibuat barang pakai ataupun yang lainnya. Memanfaatkan limbah kain perca tersebut menjadi produk yang dapat dijual kembali, dengan cara menggabungkannya menjadi produk seperti pakaian bayi, anak, daster ibu, pakaian dewasa, bros dan sebagainya.
Kain perca merupakan jenis limbah padat anorganik yang tidak dapat membusuk, sehingga mendaur ulangnya menjadi sesuatu yang berbeda dan memanfaatkan kembali merupakan jalan terbaik untuk mengatasi menumpukan sampah jenis ini. Sampah jenis ini biasa ditemukan di tempat usaha konveksi, besar kecil jumlah sampah yang dihasilkan bergantung pada besar kecilnya tempat usaha konveksi tersebut. Dengan memanfaatkan limbah kain perca menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali, akan memberi dampak yang sangat baik bagi bumi yang dapat mengurangi efek pemanasan global.
Pemanfaatan limbah kain perca dapat dibuat berbagai produk di antaranya pengesat kaki, cempal, selimut, dan bahkan bisa dimanfaatkan untuk membuat busana. Terbentuk dari potongan kain yang tersisa, kain perca berukuran kecil-kecil dan tidak beraturan bentuknya. Gabungan kain kecil-kecil dengan motif yang berbeda-beda, dapat membentuk suatu kerajinan yang sangat menarik. Berbagai macam teknik yang digunakan untuk pemanfaatan limbah perca salah satunya adalah patchwork dan quilting.
Patchwork adalah kerajinan yang menggabungkan potongan kain perca yang memiliki motif dan warna berbeda menjadi bentuk baru. Biasanya, potongan-potongan perca yang digunakan berbentuk geometris. Seni menggabungkan perca ini sudah ada sejak kedatangan bangsa Eropa ke Amerika untuk pertama kalinya dan tercipta tanpa sengaja. Ketika itu, para pendatang tersebut kesulitan mendapatkan selimut. Maka, dibuatlah selimut dengan cara menyambungkan kain-kain sisa.
Sedangkan quilting merupakan kerajinan perca yang seluruhnya dijahit dengan teknik tusuk tindas mengikuti gambar yang terdapat pada kain. Ada beberapa versi berkaitan dengan asal mula seni quilting ini. Ada yang mengatakan, quilt berasal dari seni tradisional Inggris. Namun, ada juga sumber yang menyebutkan quilt sudah ditemukan di dalam makam-makam kuno di Mesir sebagai ‘bekal’ perjalanan menuju akhirat.
SMK Negeri 1 Tuntang sudah memanfaatkan limbah kain perca dengan teknik patchwork dan quilting untuk pembuatan tutup mesin jahit. Bahan yang digunakan berasal dari sisa praktek peserta didik yang sudah tidak terpakai lagi. Kain perca dilapisi busa dan furing untuk membentuk teknik quilting. Mesin jahit sekolah yang awalnya tidak tertutup dan mudah berdebu, saat ini sudah memiliki penutup dari bahan sisa kain perca. Siswa dapat mengkombinasi atau saling bertukar bahan untuk mendapatkan produk sesuai dengan desain yang telah dibuat.
Dengan demikian, di samping mengurangi bahan limbah padat berbentuk bangun datar dalam hal ini kain perca, teknik patchwork dan quilting dapat dimanfaatkan sebagai sarana menambah ketrampilan peserta didik dalam membuat karya kerajinan tangan. Selain itu, SMKN 1 Tuntang sudah membantu ‘menyelamatkan bumi’ dengan mendaur ulang kain-kain perca. Hal ini bisa menjadi contoh baik bagi masyarakat luas. Dengan teknik patchwork, quilting dan sedikit kreatifitas, maka kita dapat menghasilkan produk yang berguna dan memiliki nilai ekonomis atau nilai jual tinggi.
Penulis : Iva Luthfiana, S.Pd.
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd.