Sekolah di SMK menjadi salah satu pilihan yang semakin menarik bagi banyak pelajar. Kesan bahwa siswa SMK kurang pintar dibanding siswa SMU pupus sudah. Anak-anak SMK sudah diperhitungkan karena prestasi dan karyanya. SMU dan SMK memiliki kelebihannya sendiri. Banyak kajian dan paparan teoritis tentang pendidikan regular dan vokasi yang telah menjelaskan keunggulan kedua jenis sekolah tersebut. Dunia kerja membutuhkan keduanya. Ibarat dua sisi dari satu keping mata uang.
Alasan para lulusan SMP masuk ke SMK juga sedikit banyak bergeser. Tidak saja karena alasan ingin cepat bekerja, namun juga karena perubahan sosial ekonomi yang revolusioner. Keterampilan semakin dibutuhkan. Selembar ijazah sekolah menengah belum memberikan harapan untuk bisa memasuki dunia kerja. Namun, keahlian dan keterampilan tertentu lebih menjanjikan. Tentu saja para lulusan SMK bisa memperdalam keilmuan dan keterampilannya dengan memasuki perguruan tinggi baik program diploma maupun sarjana.
Perubahan dalam tuntutan kompetensi yang dipersyaratkan oleh pemberi kerja bahkan secara ekstrem digambarkan dalam beberapa fenomena yang mengguncang ‘dunia anak sekolahan’. Sebut saja ketika tersiar kabar beberapa perusahaan top dunia yang memiliki reputasi tak diragukan lagi merekrut karyawan tidak dengan persyaratan formal alias modal ijazah. Kompetensi, orisinalitas gagasan, dan totalitas dalam berkarya menjadi syarat utama.
Pilihan tetap ada di tangan para pelajar untuk memilih jenis sekolah menengah yang akan dijalaninya selepas SMP. Empat hal di bawah ini bisa menjadi panduan bagi para pelajar yang akan melanjutkan studinya ke SMK.
Yang pertama fokus sesuai minat. Banyak pelajar yang memiliki minat dan bakat spesifik. Minat yang tinggi tentang suatu bidang sangat baik untuk dikembangkan sedini mungkin. Di jenjang SMK, boleh dikata minat itu sudah matang menjadi pilihan profesi masa depan. Maka, belajar di SMK menjadi jalan bagi para pelajar untuk fokus pada bidang yang spesifik. Karya-karya inovasi dari para pelajar SMK akan semakin banyak karena proses belajarnya yang fokus untuk mengasah minatnya dan menggali bakatnya.
Yang kedua Praktik, praktik, dan praktik. Walau tidak melupakan teori, proporsi praktika lebih banyak. Setiap praktik tentu akan didahului dengan pengantar teoritik. Sehingga keterampilan para siswa akan terasah dengan baik di SMK. Disamping jam belajar praktik yang banyak, guru yang kompeten dalam praktik tertentu, fasilitas laboratorium atau bengkel kerja di SMK juga relatif lengkap. Bahkan siswa SMK mendapatkan kesempatan untuk melakukan kerja praktik berupa magang di pabrik, kantor, toko, dan mitra industri lainnya.
Yang ketiga Keterampilan. Ketika pemberi kerja atau HRD sebuah perusahaan bertanya tentang kemampuan apa yang dimiliki seorang aplikan, maka Keterampilan menjadi salah satu kata kuncinya. Para lulusannya diarahkan untuk memiliki keterampilan tertentu. Di beberapa jenis pekerjaan, keterampilan sangat dibutuhkan. Keterampilan inilah yang secara strategis harus dibina sehingga bisa mencapai tingkat profesionalitas yang memadai. Keterampilan ini sekarang secara formal diukur melalui proses sertifikasi agar sesuai atau memenuhi standard tertentu.
Dan yang terakhir Kemandirian. Lulusan SMK disiapkan dan dilatih untuk mandiri. Kemampuan wirausaha diberikan dengan memadai. Bagaimana kalau akhirnya menjadi karyawan dan bukan pengusaha? Tentu jiwa kewirausahaan tetap penting untuk dimiliki dan dikembangkan oleh seorang karyawan. Sehingga menjadi mitra yang baik bagi pengusaha atau pemberi kerja. Dan suatu saat, bila peluang dan kemampuan telah memadai maka lulusan SMK yang sekina lama menjadi karyawan bisa menjadi pengusaha, menjadi entrepreneur yang memahami betul seluk-beluk usahanya. Karena ia berangkat dari bawah, merintis dari nol dengan kerja, kerja, dan kerja.
Kini menjadi pilihan bagi para pelajar untuk menentukan pilihan dan merancang jenis pendidikan yang akan ditempuhnya. Yag terpenting adalah kesungguhan, ketekunan, integritas, dan semangat untuk terus belajar dan berkarya.
Penulis : Gogot Ardyas Moko, S.Pd.
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd.