Kejujuran erat kaitannya dengan hati nurani. Berucap dan berperilaku jujur merupakan suatu sikap menghargai orang-orang di lingkungan sekitar Anda sekaligus pada diri sendiri. Pengertian jujur adalah mengucapkan kata-kata dan memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Sikap jujur merupakan perilaku yang didorong oleh hati nurani.
Peneliti ingin membuktikan bahwa sebenarnya setiap orang mampu berkata dan bersikap jujur. Sebab, hal yang demikian sangat sederhana, sama sekali tidak sulit. Kebanyakan orang, kata Levine, berpikir bahwa mengutarakan pendapat kritis atau lebih terbuka mengenai rahasia yang tersimpan menjadikan suasana tidak nyaman pada diri sendiri dan si lawan bicara.
Periset mengatakan bahwa khawatir dan takut untuk berucap jujur sering kali justru membuat kita salah langkah. Sebab, percakapan yang jujur tanpa melebih-lebihkan informasi ditemukan peneliti sebagai gaya komunikasi dua arah yang benar-benar menyenangkan,respons lawan bicara saat mendengarkan informasi yang jujur terbilang sangat positif dan melegakan.
Pada eksperimen pertama, seluruh partisipan diminta untuk benar-benar jujur dengan semua orang yang sehari-hari mereka temui selama tiga hari. Pada eksperimen kedua, partisipan tetap diwajibkan bersikap jujur dengan rekan kerja dalam satu kelompok selama melakukan sesi tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan oleh masing-masing partisipan kepada rekan kerja merupakan pertanyaan yang cenderung sulit dan pribadi. Lalu, pada eksperimen ketiga, semua partisipan diminta untuk jujur mengutarakan hal-hal yang mereka tidak suka dari rekan kerja masing-masing.
Awalnya, semua individu yang terlibat sebagai partisipan berpikir bahwa sesi eksperimen ketiga akan menjadi hari yang menyebalkan dan bisa merenggangkan hubungan dengan rekan kerja. Ternyata, kekhawatiran tersebut salah. Sebab, penerimaan atas respons dan informasi yang jujur terhadap masing-masing partisipan justru membuat mereka merasa lebih ringan dan bahagia. Menghindari kejujuran untuk membuat orang lain merasa baik merupakan keputusan yang keliru.
Dr Arthur Markman, mengatakan bahwa saat seseorang berbohong, maka syaraf tubuh melepaskan hormon stres, kortisol, ke dalam otak. Kemudian, kita akan mempersiapkan strategi melindungi diri dengan menciptakan kebohongan lain untuk menutupinya. Alhasil, pikiran dan tubuh semakin berada dalam kondisi tertekan di sepanjang waktu. Kondisi ini bisa memicu hipertensi, strok, dan lebih parah lagi serangan jantung.
Penulis : Fajar Rosiati Jati , S.Pd
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd