Tidak terasa sudah tiga tahun mengawal perjalanan SMKN 1 Tuntang. Jika mengacu pada perencanaan strategik sekolah, maka Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) memasuki tiga perempat putaran waktu.
Mengacu ke konsep Reeves, kondisi sekolah terpeta menjadi empat kuadran, yaitu sekolah yang (1) kalah, (2) beruntung, (3) belajar, dan (4) memimpin. Posisi SMKN 1 Tuntang pada tahun 2018 berada dimana? Mari kita telaah satu persatu.
Sekolah pada kuadran kalah sering merasa dirinya korban keadaan. Mereka mengeluh karena dalam beberapa tahun terakhir kualitas peserta didik barunya kian rendah. Status ekonomi orang tua lemah. Jumlah peserta didik kian berkurang. Sarana prasana sekolah serba kekurangan. Bahkan yang paling parah, semangat dan tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik amat rendah.
Sekolah yang tampak baik sering dijumpai pada kuadran beruntung. Sekolah-sekolah ini sering memperoleh keberhasilan tetapi sebenarnya kesadaran dan pemahaman atas pentingnya strategi dan rencana tindakan penentu hasil yang efektif masih relatif rendah atau belum membudaya.
Sekolah ini diuntungkan karena memperoleh peserta didik yang amat berkualitas dengan status ekonomi orang tua menengah ke atas yang mampu memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk les berbagai hal di luar jam sekolah. Tanpa strategi atau tindakan tertentu yang dirancang dengan baik, sekolah mampu berprestasi di berbagai bidang. Tanpa disadari sekolah-sekolah dengan kuadran beruntung ini jika tidak berhati-hati cepat atau lambat akan merosot prestasinya.
Bagaimana dengan kuadran belajar. Profil sekolah ini cukup menjanjikan meski pada saat ini belum mencapai tingkat keberhasilan pembelajaran yang tinggi. Apapun kondisinya, sekolah-sekolah pada kuadran belajar memiliki budaya belajar yang kuat. Mereka tidak merasa menjadi korban keadaan meski kualitas peserta didiknya kurang menguntungkan dan sarana prasarananya kurang memadai. Kondisi ini justru menjadi tantangan yang harus dihadapi warga sekolah dibawah pimpinan kepala sekolah. Sekolah pada kuadran belajar memiliki kesempatan besar menjadi sekolah dengan kuadran memimpin.
Sekolah di kuadran ‘belajar’ mempunyai pemahaman tentang pentingnya strategi yang tepat dan rencana tindakan yang disusun berdasarkan data dan fakta, bukan sekedar intuisi tak berdasar. Semua elemen sekolah—kepala sekolah, guru, orangtua murid—benar – benar sadar untuk melakukan proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan perbaikan yang berkelanjutan.
Karena hanya dengan cara itu, cita-cita perubahan yang diidamkan sekolah bisa terwujud. Walau tingkat pencapaian keberhasilan belum optimal, namun tingkat pemahaman sekolah atas pentingnya strategi dan tindakan penentu hasil sangat tinggi. Konsekuensinya, kemungkinan sekolah mengulang keberhasilan sangat besar.
Mungkinkah sekolah sederhana berlokasi di pelosok desa berpeluang menjadi sekolah nasional terbaik? Sangat mungkin. Syaratnya, konsisten menerapkan standar manajemen mutu yang memastikan pencapaian keberhasilan sekolah bisa diukur dan dievaluasi setiap waktu. Tak ada pihak yang meragukan prestasi dan reputasi sekolah karena semua sudah direncanakan dengan sangat baik.
Berdasarkan kuadran sekolah menurut Reeves, SMKN 1 Tuntang mengawali sebagai sekolah yang kalah. Tidak punya lahan, ruang kelas kurang, ruang praktik tidak ada, alat praktik sangat terbatas, dan jumlah siswa sedikit. Maka tahun 2017 berdasarkan kajian dari BP2MK Wilayah I sekolah ini dinyatakan tidak layak dan nyaris ditutup.
Seperti dokter yang merawat pasien yang sekarat, perlu tindakan yang tepat dan terukur. Jika salah merawat maka resikonya kematian. Resep itu adalah rencana strategis peningkatan mutu sekolah. Mengacu pendapat Usman (2002), manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus dijalankan di sekolah, (2) peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Dalam merumuskan rencana strategis untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan alat analisa. Adapun alat analisa yang sering digunakan adalah analisa SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Rangkuti (2009) menjelaskan Strengths adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan. Weaknesses adalah komponen- komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sekolah. Opportunity adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal. Threats adalah kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah. Berikut ini adalah diagram analisis SWOT.
Analisis SWOT yang tajam inilah yang mampu menghasilan dokumen perencanaan sekolah yang handal. Pelan tapi pasti gerbong SMKN 1 Tuntang bergerak dari kuadran kalah menjadi kuadran belajar. Goal kami ketika menyusun RKJM 2018-2022 adalah mengubah kondisi dari Rintisan Sekolah Kategori Mandiri (RSKM) di tahun pertama menjadi Sekolah Kategori Mandiri (SKM) di tahun kedua dan Sekolah Standar Nasional (SSN) di tahun ketiga. Setahun ke depan kami akan berusaha menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN) Plus dengan target mengubah sekolah di kuadran belajar menjadi kuadran memimpin. Semoga terwujud.