SEKILAS INFO
: - Jumat, 19-04-2024
  • 8 bulan yang lalu / DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE 78 MERDEKA NEGERI KU MERDEKA BANGSA KU
  • 2 tahun yang lalu / SMK Negeri Satu Atap Tuntang membuka pendaftaran penerimaan anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) tahun pelajaran 2022/2023, bagi peserta didik yang masih aktif bersekolah di SMKN Satu Atap Tuntang. Pendaftaran ini dilakukan melalui tautan Google Form yang dibagikan melalui grup WhatsApp kelas, oleh masing-masing wali kelas. Melalui tautan yang telah dibagikan, peserta didik harus mengisi...
  • 2 tahun yang lalu / SMKN 1 Tuntang mengucapkan Selamat Tahun Baru 2022
Membangun Sekolah dengan Inovasi

Tahun 2015 adalah waktu ketika saya diloloskan sebagai Calon Kepala Sekolah. Tanpa tahu kapan diangkat, saya mulai membaca buku-buku tentang manajemen mengelola sekolah, senang berburu kisah sukses kepala sekolah, dan bertanya kesana kemari tentang strategi memajukan sekolah.
Tahun 2018 mendapat kesempatan mempraktekkan teori-teori yang ada di buku dan membuktikan kebenaran langkah dari kisah sukses kepala sekolah. Mendapatkan promosi menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah yang hampir tutup, penuh masalah dan tidak terkelola dengan baik. Seperti pepatah ular ketemu gebug, pas dan sempurna untuk memulai belajar jadi manajer. Maka segala kemampuan dimuntahkan disini, SMKN Satu Atap Tuntang.

Setumpuk masalah menghadang di depan mata, kurang dana (bahkan diberi tinggalan utang), kurang siswa, kurang guru, kurang kelas, kurang alat, tidak ada ruang praktik, tidak ada akses jalan masuk, dan seabrek masalah lain.

Kisah sekolah saya tidak jauh berbeda dengan penggambaran film Freedom Writers. Freedom Writers merupakan film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat dalam membangkitkan kembali semangat anak-anak didiknya untuk belajar. Dikisahkan, Erin Gruwell, seorang wanita idealis berpendidikan tinggi, datang ke Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak-anak korban perkelahian antargeng rasial.  Misi Erin sangat mulia, ingin memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak bermasalah yang bahkan guru yang lebih berpengalaman pun enggan mengajar mereka.

Tapi kenyataan tidak selalu seperti yang dipikirkan Erin. Di hari pertamanya mengajar, ia baru menyadari bahwa perang antargeng yang terjadi di kota tersebut juga terbawa sampai ke dalam kelas. Di dalam kelas mereka duduk berkelompok menurut ras masing-masing. Tak ada seorang pun yang mau duduk di kelompok ras yang berbeda. Kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas bisa memicu perkelahian antarras.

Erin mencoba menaklukkan murid-muridnya dengan meminta mereka menulis semacam buku harian. Di buku harian itu, mereka boleh menulis apa pun yang mereka inginkan, rasakan, dan alami. Cara ini ternyata berhasil. Buku-buku harian dari para murid-muridnya setiap hari kembali pada Erin dengan tulisan mereka tentang apa yang mereka alami dan mereka pikirkan setiap hari.

Dari buku-buku harian itu, Erin paham bahwa dia harus membuat para muridnya sadar bahwa perang antargeng yang mereka alami bukanlah segalanya di dunia. Melalui cara mengajarnya yang unik, dia berusaha membuat para muridnya sadar bahwa dengan pendidikan mereka akan bisa mencapai kehidupan yang lebih baik.

Walaupun semua usahanya itu tidak didukung oleh rekan-rekan guru yang lain dan pihak sekolah, Erin terus maju. Bahkan, dia rela mengorbankan waktu luangnya untuk bekerja sambilan demi membeli buku-buku bacaan yang berguna  bagi para muridnya.

Hasilnya, semangat belajar murid-muridnya kembali muncul. Akhirnya, banyak dari murid-murid di kelas Erin Gruwell yang menjadi orang pertama dari keluarga mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Buku harian yang mereka tulis diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul ‘The Freedom Writers Diary’.

Film Freedom Writers menginspirasi saya dalam membangun sekolah. Kondisi sekolah yang luar biasa harus ditangani dengan strategi yang luar biasa pula. Inovasi dalam mengelola sekolah menjadi hal yang mutlak dilakukan. Menurut Everett M. Rogers, 1993: 14-16 (dalam Udin Syaefudin, 2008: 21-22), agar inovasi bisa berjalan efektif maka kita harus tahu karakteristik dari inovasi yang dilakukan untuk dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerima inovasi. Karakteristik inovasi itu adalah keuntungan relatif, kompatibel, kompleksitas, triabilitas, dan dapat diamati.

Karakteristik inovasi yang pertama adalah keuntungan relatif. Dalam hal ini  sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Dalam membangun sekolah, inovasi yang saya lakukan memberikan keuntungan relatif yaitu sekolah yang awalnya tanpa lahan, dana utang, kelas kurang, alat praktik terbatas dan siswa sedikit menjadi sekolah mandiri dengan semua masalah itu teratasi. Istilah saya adalah membirukan SMKN 1 Tuntang.

Karakteristik inovasi yang kedua adalah kompatibel (compatibility). Artinya tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang saya lakukan disesuaikan dengan permasalahan sekolah yang mau ditutup. Inovasi dalam hal ini adalah Kuteks (akan dibahas dalam tulisan lanjutan).

Karakteristik inovasi yang ketiga adalah Kompleksitas (complexity). Artinya tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Inovasi yang saya lakukan selalu mengaitkan dengan permasalahan yang dialami warga sekolah. Masalah siswa yang kurang kelas diatasi dengan penambahan ruang kelas baru, kurang ruang praktik diatasi dengan membangun Ruang Praktik Siswa dan kurang alat diselesaikan dengan pembelian belanja modal berupa alat praktik. Masalah yang dihadapi guru berupa kecilnya pendapatan diselesaikan dengan kenaikan gaji dan pemberian makan siang.

Karakteristik inovasi yang keempat adalah Trialabilitas (trialability). Artinya dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidal dicoba lebih dahulu. Inovasi yang saya lakukan sudah pernah saya coba ketika menjadi guru. (Langkah apa saja akan ditulis pada catatan berikutnya).

Karakteristik yang terakhir adalah dapat diamati (observability). Artinya mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Hasil inovasi yang saya lakukan saya bagikan ke teman-teman di facebook, twitter, istagram dan kesediaan menerima kunjungan dari sekolah lain.  

Bumi Pucanggading, 22 Pebruari 2020

4 komentar

Nining S, Sabtu, 22 Feb 2020

Luar biasa Oak Ardan perjuangan panjenengan. Terus bergerak maju bersama demi pendidikan di Indonesia. Tetap semangat

Balas

Ratnasari, Sabtu, 29 Feb 2020

Amazing…. Kl boleh berbagi ilmu tentang manajemen sarana dan prasarana utk memajukan sekolah.

Balas

Sri Handayati. MPd, Sabtu, 11 Apr 2020

Sungguh luar biasa pak sehingga menginspirasi saya utk dapat berbuat seperti yang telah bapak lakukan namun ada rasa pesimis dalam diri apakah saya bisa melakukan seperti yg bapak lakukan. Sekolah saya merupakan sekolah yg dianggap sekolah favorit. Di wilayah saya. Sekolah eks RSBI. Sekolah rujukan namun saya sebagai orang yg ada didalamnya merasa belum layak utk sebutan tersebut. Klu boleh berbagi ilmu bagaimana manajemen sekolah agar sesuai dengan predikat yg kami peroleh. Mks pak semoga banyak lagi inspirasi yg saya peroleh dg bergabung pada group ini

Balas

Ainaul Mardliyah, Sabtu, 11 Apr 2020

Barokallah mas Ardan… Ikut bangga

Balas

Tinggalkan Balasan ke Ainaul Mardliyah Batalkan balasan

Tefa Prodi TKJ

Majalah SMKN 1 Tuntang

Data Sekolah

SMKN 1 Tuntang

NPSN : 6990563

Jl. Mertokusumo Candirejo Tuntang Kabupaten Semarang
KEC. Tuntang
KAB. Semarang
PROV. Jawa Tengah
KODE POS 50773
TELEPON 085641080982
FAX 0723-1234567
EMAIL smkn1tuntang@gmail.com

Novel Karya Siswa

Toilet SMKN 1 Tuntang

Tefa Prodi Tata Busana

Laboratorium Komputer

Kalender

April 2024
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930