Alhamdulillah hari ini Sabtu dan besok Minggu. Hari yang menyenangkan karena saya bisa stay di rumah. Perjalanan dari rumah di Demak melewati Semarang yang zona merah dan menuju ke arah Salatiga penuh dengan kecemasan. Berita update setiap saat melalui Juru Bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto tentang bertambahnya pasien positif Corona, Pasien Dalam Pemantauan (PDP) dan Orang dalam Pengawasan (ODP) menambah kekhawatiran. Kalau boleh memilih sebetulnya Work From Home (WFH) lebih saya inginkan.
Anjuran pemerintah tentang Social Distancing ternyata tidak dipatuhi dengan baik oleh masyarakat. Masih banyak orang yang berkumpul seperti hari-hari biasa tanpa ada ketakutan sama sekali. Sampai-sampai Polisi harus turun tangan untuk membubarkan kerumunan. Yang lebih ditakutkan lagi adalah pergerakan orang dari Jakarta ke daerah memanfaatkan waktu libur panjang sekalian mudik lebaran. Padahal Jakarta adalah episentrum penyebaran Corona. Ribuan perantau Jakarta dari berbagai daerah akan membanjiri kota dan desa asalnya bisa jadi membawa virus Corona. Jika ini benar-benar terjadi maka penyebaran virus ini akan meluas dan semakin membahayakan.
Catatan kali ini tidak membahas bagaimana mencari solusi masalah di atas. Tetapi kembali ke habitat saya sebagai seorang pendidik dalam mengatasi proses pembelajaran dari rumah atau Learning from Home yang semakin panjang. Dua catatan sebelumnya tentang Merencanakan Pembelajaran Online dan Komponen Pembelajaran Online, kali melanjutkan tema yang sama. Banyak kalangan menganggap pembelajaran online tidak banyak memberikan manfaat dibanding pola pembelajaran tatap muka. Anggapan ini bisa benar bisa pula salah. Benar jika guru tidak mempersiapkan disain pembelajaran online dengan baik. Akibatnya siswa kesulitan dalam belajar karena seperti disebutkan Mas Menteri Nabiel Makarim, siswa hanya diberi tugas tanpa ada penjelasan materi.
Tetapi anggapan itu bisa juga salah. Pembelajaran online dapat dilakukan secara lebih efektif dan memberikan manfaat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka langsung jika strategi pembelajarannya benar dan tepat. Apalagi pembelajaran online pun dapat mengembangkan pembelajaran tatap muka yang selama ini dilaksanakan dengan video confrence. Di dalam pembelajaran online itu, siswa dapat mengakses alat atau media yang akan membuat mereka dapat mengulang materi pembelajaran dan berinteraksi dengan pembelajar lainnya meskipun tempatnya berbeda-beda dan berjauhan. Alat atau media seperti komputer, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran karena ada potensi besar dari media tersebut. Melalui media dalam pembelajaran ini dapat melibatkan siswa berperan aktif dan interaktif, tidak seperti dengan sistem pembelajaran konvensional melalui tatap muka yang dibatasi oleh waktu. Sistem pembelajaran dengan memanfaatkan media ini juga memiliki kemampuan untuk memantau kegiatan pembelajar, kemudian melakukan review atas aktivitas yang dilakukan oleh pembelajar sebagai laporan kepada pengajar untuk mengetahui bagaimana para siswa itu belajar (learning how to learn), sehingga para guru semakin menyadari bagaimana kemampuan para pembelajar di dalam belajarnya.
Shearer (2003) dalam Munir mengungkapkan bahwa pembelajaran online justru sebenarnya memberikan kontribusi secara kuantitas terhadap interaksi belajar mengajar. Interaksi pada pembelajaran tatap muka/face to face sebenarnya terbatas, yaitu antara pengajar dengan pembelajar saja, namun pada pembelajaran online interaksi pembelajaran lebih menyebar. Interaksi akan terjadi antara pembelajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pengajar, pembelajar dengan lingkungan, atau pembelajar dengan media. Menurut Linder dan Murphy (2001) dalam Munir interaksi tersebut terjadi karena adanya dukungan alat (tool) yaitu e-learning yang meliputi web statis dan dinamis, grup diskusi, e-mail, chatting, instant messaging, video streaming, animation, sharing aplication, dan video conferencing. Pembelajaran online dapat mengaktifkan siswa yaitu berinteraksi secara aktif untuk menggunakan komputer, aktivitas fisik dan mental akan terjadi secara intensif misalnya drop and drag, input data, pencarian data yang dibutuhkan, menyusun materi pembelajaran dan lain-lain.
Menutup catatan kali ini, manfaat atau tidak pembelajaran online sangat bergantung pada guru dalam mengemasnya. Karena pola pembelajaran online menjadi pilihan satu-satunya dalam Learning from Home, maka guru wajib membuat pembelajaran online diminati oleh siswa.
Pucanggading, 28 Maret 2020