Menutup bulan Januari 2020, saya mendapat kabar gembira lagi. Apa itu? Setelah berjuang berbulan-bulan sekolah kami berhasil mendapatkan dokumen IMB atau Ijin Mendirikan Bangunan. Syarat sah bangunan dilingkungan sekolah adalah IMB tersebut.
Flashback kebelakang, tepatnya Januari 2018 saya datang ke sekolah ini dalam kondisi yang luar biasa. Sekolah tidak memiliki lahan, tanpa sertifikat dan tata ruang yang kacau. Maka hasil dari analisa SWOT yang saya lakukan tahap pertama adalah kejelasan lahan. Berbagai upaya dilakukan. Alhamdulillah upaya keberhasilan pertama adalah kedatangan Pak Bupati ke sekolah. Tepatnya tanggal 30 Januari 2018. Ini adalah titik awal perjuangan panjang memperoleh lahan sekolah. Perjuangan mendapatkan lahan sekolah adalah perjuangan berat dan panjang. Masih banyak sekolah yang menempati lahan orang lain bahkan ada yang menyewa dengan nominal jutaan rupiah.
Setelah berbulan-bulan berjuang dengan dukungan dari disdikbud propinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Semarang perjuangan itu mendapatkan hasil di bulan Desember 2018. Sekolah mendapatkan lahan beserta sertifikat. Apa perjuangan selesai? Ternyata belum. Tahap kedua adalah negoisasi dengan pemilik tanah yang berbatasan dengan sekolah. Negoisasi ini dilakukan untuk menegaskan batas tanah sekolah dan mengukur ulang luas sekolah. Ada tujuh pemilik tanah yang harus didatangi satu persatu dan membuat kesepakatan. Alot dan lama menjadi bumbu keberhasilan menyelesaikan batas tanah.
Kesuksesan menyelesaikan dua tahap meletupkan semangat menuju tahap selanjutnya. Lahan ada dan batas tanah jelas, maka tahap ketiga adalah membuat Masterplan sekolah. Langkah ini dilakukan agar penataan tata ruang sekolah terencana dan integral. Bersama konsultan perencana yang ahli dibidang itu kami membuat Masterplan dan Siteplan sekolah. Luas tanah yang ada harus bisa dimaksimalkan peruntukannya. Sesuai masterplan, kami mulai membangun Ruang Praktik Siswa, Ruang Kelas Baru, Ruang Laboratorium Komputer, Ruang Perpustakaan dan Kamar Kecil. Dua tahun bangunan itu mulai berdiri megah memenuhi tanah sekolah yang awalnya sawah dan semak belukar. Bantuan dari APBD I, DAK dan swakelola sekolah melengkapi dan mempercantik lahan yang awalnya kosong.
Agar bangunan yang ada sah secara hukum, sekolah mengurus IMB. Ini adalah tahap keempat dalam menyelesaikan sarana fisik sekolah. Penerbitan IMB menjadi goal kami dalam menyelesaikan RKJM sekolah.
Apakah ini selesai? Belum. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar sekolah ini semakin berkembang. Masih menjadi pekerjaan rumah bagi saya. Ternyata sekolah yang awalnya mau ditutup tetap bisa dikembangkan dengan strategi yang out of box. Apa rahasianya? Lewat catatan ini saya ingin berbagi. Mengutip pendapat leadership coach berpengalaman, Dave Ferguson 5 kebiasaan menuju keberhasilan yang saya praktekkan adalah yang pertama rajin membaca. Kebiasaan ini sudah dianggap umum. Tentu ini bukan hal yang mengagetkan. Sejak kecil kita pasti sudah diajarkan banyaknya manfaat membaca. Dengan membaca, kita bisa belajar banyak hal dan dari pembelajaran tersebut akan dihasilkan peningkatan kualitas diri. Sejak lolos Calon Kepala Sekolah tahun 2015, saya mulai membaca buku-buku manajemen pendidikan. Buku pakar manajemen dari berbagai negara, membaca kisah sukses kepala sekolah, dan semua informasi terkait pengelolaan sekolah. Maka ketika 2018 saya diangkat jadi kepala sekolah sejatinya saya tinggal membuktikan teori dari buku dalam praktek nyata di lapangan.
Yang kedua adalah fokus. Untuk sukses, kita perlu menentukan tujuan. Usahakan agar pekerjaan yang kita tengah tekuni bukan sekadar untuk menjadi rutinitas. Pemimpin yang sukses akan selalu memiliki visi mencapai yang lebih baik. Jika sudah tahu apa tujuan Anda ke depan, fokus untuk mengerahkan upaya dalam mencapai hal tersebut. Dengan fokus pada tujuan, Anda akan mampu menentukan apa yang bersifat prioritas dan apa yang bukan. Maka RKJM yang saya susun dibuat dengan tujuan yang jelas, mengubah sekolah menuju kategori mandiri atau SKM dalam dua tahun dan Sekolah Standar Nasional dua tahun berikutnya.
Langkah ketiga adalah membangun relasi. Sukses tidak diciptakan oleh kemampuan sendiri, melainkan dengan menempatkan kemampuan secara strategis pada jaringan relasi yang kita bangun. Oleh karena itu, selain perlu terus meningkatkan kemampuan, kita juga perlu membangun relasi positif. Membangun relasi positif berarti membangun jejaring dengan orang-orang yang mau untuk saling bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan membangun relasi ini sekolah bisa mendapatkan bantuan fisik dengan tertib administrasi.
Langkah keempat adalah bertukar cerita. Sebagian besar kisah sukses membangun sekolah saya tuangkan dalam Catatan CEO SMKN 1 Tuntang.
Poin ini berkaitan dengan poin relasi sebelumnya. Ketika kita saling berbagi cerita dan ilmu dalam lingkup jejaring positif yang kita buat, kita dan semua orang yang ada di jaringan relasi tersebut akan belajar banyak hal yang membangun.
Kebiasaan yang terakhir adalah Me time.
Berupaya mencapai kesuksesan bukan berarti mengeksploitasi diri kita. Selalu sediakan waktu untuk kita menghayati dan mengapresiasi diri. Ini akan membantu kita melepas lelah dan kembali segar untuk mengejar impian kita. Tak hanya itu, me time juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi dan reorientasi usaha serta tujuan yang sudah kita lakukan selama ini.
Malam ini saya masih di sekolah menemani konsultan perencana cek lokasi bantuan. Tahun 2020 sekolah terus membangun untuk bisa berkembang menjadi besar. Dan saya ingin menjadi catatan sejarah perjalanan sekolah ini. Seperti nama saya yang tercantum di IMB sekolah. Kebahagiaan bukan melulu dana yang melimpah tetapi juga karena bangga dengan apa yang sudah kita lakukan.
Tuntang, 31 Januari 2020.