ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bismillahirrahmanirrahim. Good day good people. Alhamdulillah kita masih diberi kesehatan di hari Kamis ini, 14 Januari 2021 untuk melakukan aktifitas tanpa suatu halangan apapun. Seperti biasa, sebelum bekerja kami awali hari dengan ibadah salat sunnah dhuha dan tadarus Al Qur’an. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan kultum yang disampaikan oleh Ibu Fajar Rosiati Jati, S.Pd.
Kultum yang disampaikan beliau berkisah tentang seorang kakek dengan pencuri pepaya. Suatu sore, kakek tersebut mendapati pohon pepaya di depan rumahnya telah berbuah dan menguning siap dipanen. Ia berencana memetik buah itu di keesokan hari. Namun, tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah pepayanya hilang dicuri orang. Kakek itu begitu sedih, hingga istrinya merasa heran, “Masa hanya karena sebuah pepaya saja engkau demikian murung,” ujar sang istri. “Bukan itu yang aku sedihkan. Aku kepikiran, betapa sulitnya orang itu mengambil pepaya kita. Ia harus sembunyi-sembunyi di tengah malam agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti memanjatnya dengan susah payah untuk bisa memetiknya,” jawab sang kakek.
“Untuk itu saya akan pinjam tangga dan saya taruh di bawah pohon pepaya, mudah-mudahan ia datang kembali malam ini dan tidak akan kesulitan lagi mengambil yang satunya,” ujar si kakek. Namun pagi harinya, ia mendapati pepayanya tetap ada dan tangganya tidak bergeser sedikitpun sampai beberapa hari berikutnya. Suatu sore, sang kakek kedatangan seorang tamu yang menenteng dua buah pepaya besar di tangannya. Ia belum pernah mengenal si tamu tersebut. Singkat cerita, saat hendak pamitan tamu itu dengan amat menyesal mengaku bahwa ialah yang telah mencuri pepaya. “Sebenarnya, di malam berikutnya saya ingin mencuri buah pepaya yang tersisa. Namun saat saya menemukan ada tangga di sana, saya tersadarkan dan sejak itu saya bertekad untuk tidak mencuri lagi. Untuk itu, saya kembalikan pepaya Anda dan untuk menebus kesalahan saya, saya hadiahkan pepaya yang baru saya beli di pasar untuk Anda.”
Hikmah yang bisa diambil dari kisah di atas adalah tentang keikhlasan, kesabaran, kebajikan dan cara pandang positif terhadap kehidupan. Semoga kita semua menjadi umat manusia yang selalu bisa ikhlas dan berpikiran positif saat mendapat musibah atau kejadian yang tidak mengenakan. Mungkin itulah cara Allah ta’ala agar sebagai umatnya, kita bisa lebih mendekatkan diri lagi kepada-Nya. Wallahu a’lam bish-shawabi.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ