Bismillah.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Good afternoon ladies and gentlemen. How are today? Hopefully you are always happy and healthy! Alhamdulillah di hari Rabu, 10 Februari 2021 yang cerah ini kita dapat bertemu kembali dengan keadaan yang luar biasa hebat, untuk berkegiatan seperti biasanya. Seperti biasa sebelum bekerja dan mengawal PJJ, kami awali kegiatan dengan ibadah salat dhuha dan tadarus Al Qur’an. Kemudian dilanjutkan dengan kultum. Kultum hari ini disampaikan oleh Ibu Nunung Fika Amalia, S.Pd.
Kultum hari ini berjudul Jangan Putus Harapan di Tengah Cobaan. Pandemi Covid-19 tidak dipungkiri telah menjadi momok yang menakutkan dan permasalahan hidup yang melemahkan di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan di seluruh dunia. Bukan hanya tentang kekhawatiran soal penularannya, namun juga soal efek ekonomi sosial yang mengancam segala sendi kehidupan. Tak terkecuali, umat Islam pun mengalami dampak-dampak serupa. Siapa pun yang berusaha dan bergerak di bidang apa pun tanpa kecuali merasakan imbas dari wabah ini. Tidak dipungkiri, bahwa masa pandemi ini membuat melemahnya mental umat dalam menjalani kehidupan. Namun demikian, bila kita mau membaca Al-Qur’an dan mempelajari lebih jauh, sebagai seorang mukmin yang beriman kepada Allah tidak semestinya terlalu larut dalam kekhawatiran dan ketakutan itu. Adalah wajar dan manusiawi bila setiap orang memiliki rasa takut, cemas, dan khawatir terhadap kehidupan yang berjalan tidak sebagaimana mestinya. Namun bagi seorang mukmin semua itu dirasa menjadi berlebihan bila sampai menjadikan putus asa dan kehilangan harapan.
Untuk itu, setidaknya kita bisa membaca dan belajar dari firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 104:
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
Artinya: “Janganlah kalian merasalemah dalam mengejar kaum kafir. Bila kalian merasa kesakitan maka mereka pun merasa kesakitan juga sebagaimana kalian merasa kesakitan, sedangkan kalian dapat berharap dari Allah apa-apa yang tidak dapat mereka harapkan. Dan adalah Allah Dzat yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”
Dalam berbagai kitab tafsir— salah satunya kitab Al-Munȋr li Ma’ȃlimit Tanzȋl karya Syekh Nawawi Banten (2007, I: 188)—para ulama menjelaskan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan satu peristiwa ketika Rasulullah mengirim sekelompok sahabat untuk mencari dan memerangi Abu Sufyan dan teman-temannya, mereka mengeluhkan perihal luka-luka yang mereka alami ketika pulang dari perang Uhud. Dengan ayat tersebut seakan Allah mengingatkan kepada para sahabat nabi agar jangan patah semangat dalam memerangi kaum musyrikin, hanya karena mereka mengalami luka-luka pada saat perang Uhud. Sebab apa yang mereka alami itu juga dialami oleh kaum musyrikin namun mereka tidak kehilangan semangat dalam memerangi kaum Muslim.
Dari ayat di atas berikut dengan penafsiran-penafsirannya itu kiranya kita bisa bercermin dalam menghadapi wabah Corona yang saat ini sedang melanda dan melemahkan berbagai sendi kehidupan. Membaca ayat di atas, bagi seorang mukmin semestinya semua ini tidak menjadikannya hilang harapan dan berputus-asa. Ia mesti menyadari, bahwa apa yang kini terjadi dan menimpa dirinya dan semua umat manusia di belahan dunia mana pun adalah di bawah kendali dan kekuasaan Allah, Tuhan yang diyakini dan disembahnya. Bila Allah berkehendak maka wabah ini akan segera berakhir, dan bila sebaliknya maka berlaku pula sebaliknya.
Itulah kultum hari Rabu ini. Semoga kita semua bisa mengambil hikmahnya. Aamiin ya rabbal alamin
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ