
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bismillahirrahmanirrahim. Good morning good people. How’a life? It must be great! Alhamdulillah masih bertemu lagi dengan hari Rabu yang mendung ini. Seperti biasa kami awali hari sebelum bekerja dengan ibadah salat sunnah dhuha dan tadarus Al Qur’an memasuki juz 2 surat Al Baqarah. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan kultum yang disampaikan oleh Bapak Samhojin, A.Md.
Bapak Samhojin, A.Md. menyampaikan sebuah cerita yang berjudul Oncor, atau dalam Bahasa Indonesia berarti lampu minyak. Inti dari cerita tersebut adalah bahwasanya kita tidak boleh meratapi dan menangisi kepergian atau meninggalnya seseorang. Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairoh radhiallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, “Dua hal yang ada pada manusia dan keduanya menyebabkan mereka kafir: mengingkari keturunan dan meratapi kematian.” (HR. Muslim)
Muslim meriwayatkan dari Abdulloh radhiallahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, “Bukanlah dari golongan kami orang yang menampari pipi (ketika ditimpa kematian), merobek pakaian dan yang mengeluh serta meratapi seperti kebiasaan jahiliah.” (HR. Muslim) Dari kedua hadist tersebut dapat kita simpulkan bahwa Islam tidak memperbolehkan kesedihan yang berlebih. Karena dapat mengurangi fokus dalam beribadah dan memberi beban pada orang yang sudah meninggal dunia. Jauh lebih bijak jika kita mendoakan almarhum, agar almarhum memiliki kehidupan yang lebih baik di akherat. Aamin ya rabbal alamin.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ