Islam merupakan agama yang memperhatikan segala aspek kehidupan. Segala yang diatur merupakan perintah dari Allah SWT. Islam adalah agama yang moderat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderat adalah selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; kecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah.
Pada kesempatan ini akan diceritakan kisah perjalanan sejarah yang seru sekaligus ironis dari peradaban yang telah luar biasa berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan modern. Peradaban ini adalah pemegang obor estafet kedua dari perkembangan ilmu pengetahuan umat manusia, yang pertama dimulai sejak era klasik Yunani, Romawi, Persia, India. Untuk selanjutnya tongkat obor tersebut diestafetkan ke para ilmuwan-ilmuwan Eropa yang mulai memasuki Zaman Renaissance. Peradaban apakah itu? Peradaban Zaman Keemasan Islam ketika seluruh ilmuwan dan cendekiawan paling brilian di muka bumi ini berkumpul dalam satu kekhalifahan Arab, Persia, dan Spanyol.
Sebelum melanjutkan bahasan lebih dalam, ada baiknya kita harus tahu kapan sebetulnya Islamic Golden Age itu? Jadi yang dimaksud dengan Zaman Keemasan Islam adalah sebuah periode ketika Dunia Arab secara politis bersatu di bawah kekhalifahan. Pada era ini, khususnya di bawah pemerintahan Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun, dunia Islam mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan budaya yang luar biasa pesat. Secara tradisional, periode ini punya rentang antara abad 8 Masehi hingga abad 13 Masehi. Banyak ahli sejarah berpendapat bahwa periode ini juga ditandain dengan waktu berdirinya Bayt al Hikmah (750 — 1258) yang merupakan pusat studi, perpustakaan, sekaligus universitas terbesar di dunia pada saat itu. Pada periode yang cukup panjang ini, sekitar 500 tahun, bisa dikatakan tidak ada peradaban lain di muka bumi yang bisa menandingi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Eropa, Cina, India, dan semuanya salut dengan kegigihan kekhalifahan yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan melebihi peradaban manapun pada masa itu.
Apa yang menjadi pemicu lahirnya peradaban emas Islam? Secara sederhana, era ini dipicu oleh banyak hal yang saling mendukung satu sama lain. Pertama, sebagai usaha untuk memahami atau mengambil istinbath (intisari atau pengajaran) hukum- hukum agama mengenai hubungan manusia dengan penciptanya dalam masalah ibadah. Juga hubungan sesama manusia dalam masalah muamalah. Masalah ini menyangkut persoalan ekonomi, politik, sosial, undang-undang dan lain-lain.
Kedua, sebagai usaha untuk mencari jalan keluar (solusi) dari berbagai persoalan kemasyarakatan yang belum ada pada zaman Rasulullah Saw dan zaman sahabat, atau untuk memperbaiki perilaku tertentu berdasarkan ajaran Islam. Ketiga, sebagai penyelaras atau penyesuaian antara prinsip-prinsip agama Islam dan ajaran-ajarannya dengan pemikiran asing (di luar Islam) yang berkembang dan mempengaruhi pola pemikiran umat Islam. Keempat, sebagai pertahanan untuk menjaga kemurnian akidah Islam dengan menolak akidah Islam yang sebenarnya. Kelima, untuk menjaga prinsip-prinsip Islam agar tetap utuh sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw untuk dilaksanakan oleh umat Islam sepanjang masa hingga akhir zaman.
Oke, jadi siapa aja sih tokoh-tokoh dalam Islamic Golden Age? Terus ilmu pengetahuan dan budaya apa saja yang berkembang pesat di masa itu? Ilmuwan pertama dalah Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina. Ibn Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang bener-bener mendalami hampir semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna ini ngeluarin mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine” dan jadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke-18, atau kurang lebih 700 tahun ke depan
Yang kedua adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi. Walaupun namanya tidak setenar Avicenna atau Al Farabi, Al Kindi bisa disebut sebagai ilmuwan Muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al Kindi dipercaya sama Khalifah Al Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan Romawi di Bayt al Hikmah. Kalo tidak ada Al Kindi, jangan harap deh kita bisa kenal yang namanya Avicenna, Al Farabi, dan Al Ghazali, karena mereka-mereka ini berhutang besar terhadap buah karya terjemahan dari naskah-naskah kuno hasil jerih payah Al Kindi.
Yang ketiga adalah Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam. Al-Khayyam atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan, astronom, dan pujangga yang hebat. Bisa dibilang dia adalah ilmuwan yang romantic, jadi tidak selamnya anak sains tidak romantis ya. Sumbangan terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat Khayyam-Saccheri, yang dia temuin pas lagi pusing mau nerangin ke masyarakat matematika soal postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang pertama kali secara lengkap ngejabarin konsep Segitiga Pascal. Sehingga saat ini banyak ahli matematika yang sebenernya nyebut penjabaran binomial ini sebagai “Segitiga Khayyam-Pascal”.
Yang keempat adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi. Ilmuwan ini sering banget namanya kita sebut tanpa sadar, Yes betul, kata Algoritma berasal dari nama ilmuwan ini. Kontribusi terbesarnya ialah mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan kuadrat, yang kita kenal dengan nama Aljabar. Konsep aljabar ini, dia tulis dalam Kitāb Al Mukhtasar fi Hisāb al Jabr wa’l-Muqābalah atau “Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan”. Selain itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan kelima planet yang dia tulis dalam kitab Zīj al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India).
Penulis : Harnanto, S.Pd
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd.