Kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan dasar yang dapat dan mudah dilakukan oleh siapapun. Namun demikian tidak semua orang memiliki minat baca yang baik. Buku-buku di perpustakaan banyak yang tidak terjamah, daya beli buku masyarakat rendah, surat kabar yang semakin hilang dari peredaran merupakan bukti bahwa minat baca masyarakat kita masih rendah. Rendahnya minat baca ini tentunya akan berpengaruh terhadap kompetensi sumber daya yang dimiliki.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh International Education Achievement (IEA) pada awal tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas membaca anak-anak Indonesia menduduki urutan ke 29 dari 31 negara, dengan obyek penelitian di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Hal ini berimbas pula pada rendahnya indeks kualitas sumber daya manusia (Human Development Index/HDI di Indonesia yaitu menempati peringkat ke 117 dari 175 negara (survey UNDP tahun 2005).
Salah satu imbas yang paling nyata rendahnya minat baca kita adalah minimnya hasil karya tulis. Membaca merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh siapa saja bahkan di kalangan kita selaku guru/pendidik sekalipun. Dengan membaca bisa menambah wawasan/pengetahuan, menambah informasi, memperluas ilmu, meningkatkan kompetensi. Meningkatnya kompetensi pribadi tentunya akan meningkatkan sumber daya manusia.
Minat baca yang semakin meningkat akan memperluas keilmuan yang dimiliki, dan mendorong untuk bisa mempraktikkannya. Salah satunya adalah timbulnya dorongan untuk menulis. Pelatihan Menulis Untuk Guru yang diselenggarakan oleh SMKN 1 Tuntang sangatlah tepat untuk menyikapi fenomena tersebut. Meskipun guru merupakan unsur terdepan dalam pendidikan namun kemampuan guru untuk menuangkan gagasan/ide dalam bentuk tulisan masih dipertanyakan. Masih banyak guru yang belum melaksanakan Penilaian Angka Kredit (PAK) karena terhambat dalam pembuatan karya tulis.
SMKN 1 Tuntang adalah Sekolah Berbasis Digital yang beralamat di jalan Mertokusumo Candirejo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah. SMKN 1 Tuntang merupakan sekolah menengah kejuruan terbilang baru yang berdiri pada tahun 2014. Namun demikian, walau tergolong baru SMPKN 1 Tuntang merupakan pioner inovasi dalam pengelolaan pembelajaran maupun pengelolaan manajemen sekolah. Banyak program kegiatan di SMKN 1 Tuntang yang bisa diadopsi dan diterapkan di sekolah lain. Beberapa program SMKN 1 Tuntang yaitu Sistem Informasi Akademik Layanan Terpadu Berbasis Website, Jurnal Online, e-KTSP, e-learning, Forum Ilmiah Mingguan, Evaluasi Pembelajaran Berbasis Android, Tadarus Harian program menulis satu hari satu guru satu tulisan dan masih banyak lagi.
Pada hari ini Senin tanggal 7 Juni 2021 penulis mengikuti kegiatan Pelatihan Menulis Untuk Guru di SMKN 1 Tuntang. Pelatihan dimulai pada pukul 08.00 yang diikuti oleh guru-guru SMP dari Kotamadya Salatiga dan Kabupaten Semarang. Pelatihan dipandu langsung oleh Bapak Ardan Sirodjuddin, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMKN 1 Tuntang dibantu Ibu Nurul Rahmawati Endayani guru Bahasa Inggris di SMKN 1 Tuntang. Semula guru-guru di SMKN 1 Tuntang bukan guru- guru yang gemar menulis. Meskipun aktifitas menulis dilakukan setiap hari namun belum mengarah pada terwujudnya dalam bentuk karya ilmiah. Untuk menciptakan budaya gemar menulis kalangan guru di SMKN 1 Tuntang diluncurkan program satu hari satu tulisan satu guru, kalau diijinkan penulis mengistilahkan dengan One Day Satu Sagu (satu tulisan satu guru setiap hari). Pelatihan dan pendampingan selama pelaksanaan program dilakukan agar para guru percaya diri untuk menulis hingga akhirnya menulis bisa menjadi habit di SMKN 1 Tuntang. Demikian antara lain paparan dari penyelenggara pelatihan. Pelatihan berakhir pada pukul 13.30 atau berlangsung kurang lebih 7 jam.
Sekembali dari pelatihan di SMKN 1 Tuntang penulis berharap dapat menerapkan ilmu yang dipelajari, serta dapat membiasakan budaya menulis di lingkungan kerja penulis. Untuk selanjutnya semoga program One Day Satu Sagu dapat meningkatkan keberhasilan gerakan literasi di SMP Negeri 3 Ambarawa tempat penulis mengabdi selama ini.
Penulis : Herawati Nurnaningsih, S.Pd, S.Kom, Guru TIK SMPN 3 Ambarawa
5 komentar
Darsono, Kamis, 10 Jun 2021
Aku sih YES!!
Yah, setuju dong. Kreatif kok. Sebenarnya ya, tak seorangpun tanpa pengalaman (menarik). Bisa jadi pengalaman satu orang (guru) dengan lainnya akan berbeda. Lepas dari itu pengalaman yang baik, dianggap sebagai kesuksesan, atau sebaliknya praktik-praktik yang kurang berhasil atau bahkan mungkin dikatakan gagal. Tapi itu juga praktik baik kok untuk pengalaman diri atau orang lain. Sebagai guru pastilah ada itu pengalaman praktik baik apalagi di masa pandemi ini. Yang semua berangkat dari ketidaktahuan dan coba-coba, karena memang dituntut improvisasi.
Cuma, beribu pengalaman dan praktik baik itu terkadang tidak kita tulis kan. Atau kita ragu kalau-kalau itu dianggap tidak bermutu. Padahal ga juga gitu. Pastilah sangat bermanfaat bagi diri sendiri untuk perbaikan, atau untuk orang lain yang bisa belajar dari pengalaman orang lain.
Nah, jelaskan,. Sehingga ide “Satu Sagu” itu sangat oke. Lanjut yah!
hera, Kamis, 10 Jun 2021
Thanks 4 U’r comment….P Dars
Susilawati,S.Pd., Kamis, 10 Jun 2021
Semangat!!!!
Artikel bagus dan sangat inspratif, saat pandemi Covid-19 banyak peluang untuk “ONE DAY SATU SAGU” kita tunggu hasil karya dari penulis yang lain.
Untuk selanjutnya bisa menularkan virus One Day satu Sagu kepada teman-teman yang lain.
Dan untuk SMK Negeri 1 Tuntang sukses sudah punya banyak program.
SMKN 1 Tuntang BISA BISA BISA!
Hera, Selasa, 15 Jun 2021
Good job….Lanjutkan Bu dan selalu semangat menulis….
herananing, Rabu, 16 Jun 2021
Thanks Bu Susi, Bu Hera
Ayo giatkan…