Gaya belajar adalah suatu cara dalam menerima, mengolah, mengingat dan menerapkan informasi dengan mudah. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat membantu mereka belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya. Sehingga prestasi belajar siswa dapat tumbuh dengan baik melalui pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. Masing-masing siswa cenderung mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Namun setiap siswa tidak hanya cenderung pada satu gaya belajar, mereka juga memanfaatkan kombinasi gaya belajar tertentu yang memberikan mereka bakat dan kekurangan alami tertentu.
Gaya belajar dengan kata modalitas belajar adalah sensory acuity yang artinya suatu sistem yang dimiliki oleh seseorang untuk mengakses dunia luar, dan agar yang bersangkutan tetap terhubung dengan dunia luar. Dalam Bahasa Indonesia kata sensory adalah indera. Manusia mempunyai 5 (lima) indera untuk memetakan informasi yang diaksesnya sehingga “dunia kecilnya” yaitu badan, jiwa dan rohnya terhubung dengan “dunia besar” yaitu dunia luar. Kelima indera itu adalah penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perabaan (kinesthetic), penciuman (olfactory), dan pengecapan (gustatory). Peta hasil pemetaan informasi setiap individu akan berbeda dengan peta hasil pemetaan informasi individu lain, karena kesadaran inderawi (sensory awareness) seseorang berbeda dengan kesadaran inderawi orang lain.
Masing-masing individu berbeda dalam sistem mengakses dunia luar, oleh karena itu setiap individu adalah unik. Akan tetapi,setiap individu dapat meningkatkan kesadaran inderawinya. Peserta didik untuk memahami dan menyerap informasi atau pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Setiap siswa tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga memproses informasi dengan cara yang berbeda pula. Karenanya, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama.
Ada tiga jenis gaya belajar, di antaranya yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar visual menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Beberapa karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar visual, yaitu:
- kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya.
- memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna.
- memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistic.
- memiliki kesulitandalam berdialog secara langsung.
- terlalu reaktif terhadap suara.
- sulit mengikuti anjuran secara lisan.
- seringkali salah menginterpretasikan kataatau ucapan.
Sedangkan ciri-ciri siswa dengan gaya belajar visual, yaitu:
- Posisi kepala terangkat ke atas ke arah orang yang sedang berbicara
- Eye accessingmelihat ke atas.
- Nafas pada dada bagian atas, tipis.
- Posisi leher lurus dan tegak.
- Penampilan rapi, warna serasi, teratur.
- Mengingat dengan gambar.
- Lebih suka membaca dari pada dibacakan.
- Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh.
- Menangkap detail.
- Mengingat apa yang dilihat.
- Selalu mengadakan kontak mata.
- Berbicara cepat, hampir tanpa titik koma.
- Menjaga jarak dengan orang lain supaya dapat melihat lebih jelas.
- Berpikir selalu “gambar besarnya”
Sedangkan gaya belajar auditorial mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik gaya belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, yaitu pertama, siswa yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran. Kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung. Ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Kata-kata khas yang digunakan oleh orang auditorial dalam pembicaraan tidak jauh dari ungkapan “aku mendengar apa yang kau katakan” dan kecepatan bicaranya sedang.
Pada gaya belajar kinestetik, mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada karakteristik gaya belajar seperti ini yang tidak semua individu bisa melakukannya. Karakteristik yang khas bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, yaitu menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, siswa yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Umumnya siswa memiliki lebih dari satu macam gaya belajar, misalnya memiliki gabungan antara gaya belajar kinestetik dan visual atau gaya belajar auditorial dan visual, dan sebagainya. Indentifikasi gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik membedakan bagaimana kita menyerap informasi untuk menentukan dominasi otak dan bagaimana siswa memproses informasi. Model ini awalnya dikembangkan oleh Anthony Gregorc, profesor di bidang kurikulum dan pengajaran di Universitas Connecticut.
Penulis : Juli Mufti Siroj, S.T.
Editor : Nurul Rahmawati, M.Pd.